Rumput Liar

Kamis, 08 Maret 2018

Sugeng tindak Pak Yai, kami dan bumipun turut menangis



Info resmi dari Al Munawwir


Senin, 05 Maret 2018

Sore itu, bumi menangis. Kabar duka dari kerabat di Krapyak menyebar begitu cepat di media sosial. Kami saling bertanya, benarkah kabar duka itu? Sedang belum ada kabar resmi dari Pondok Al Munawwir.  Pukul 17.00 hari itu aku mendapat kabar dari teman komplek Q, kabar itu benar.
Aku yang saat itu dalam kondisi sakit, batinku benar-benar lemas. Romo Kyai Abdul Hafidz AQM benar-benar sampun kapundut. Aku menangis. Terakhir kali aku mendengar kabar beliau masih dirawat di rumah sakit Sardjito.

Selasa, 06 Maret 2018

Ba’da shubuh, Abah dan Umi di pondokku memberi penghormatan terkahir kepada Pak Yai Hafidz dengan mensholati beliau di Aula G. Aku ingin turut serta tapi kondisiku benar-benar lemah. Aku berniat untuk ikut ke pemakaman beliau siang nanti.
Sekitar pukul 13.20 aku bersiap-siap berangkat ke Krapyak. Masih sedikit pening di kepala. Tapi aku ingin hadir. Seperti keinginanku saat berada di rumah sakit Sardjito untuk menjenguk beliau. Tapi tak terlaksana dan menyisakan penyesalan semata. Kali ini saja aku ingin benar-benar memberi penghormatan kepada beliau, Pak Yai yang baru ku kenal beberapa waktu belakangan ini.

Siang itu cuaca begitu panas. Anehnya sampai di lingkungan Krapyak, langit disana mendung gelap gulita. Aku bersama temanku dari komplek Q menuju Huffad , mengikuti acara doa bersama sebagai penghormatan terakhir pada beliau. Lalu hujan turun amat deras. Batinku menangis begitu juga bumi dan langit ini. Aku mengikuti doa bersama dan tak bergeming di posisi pinggiran rumah tak jauh dari Huffad. Sedih karena tak bisa melihat Pak Yai di pesareannya. Semoga suatu saat bisa menziarahinnya.

Sugeng tindak Pak Yai Hafidz,
Doakan kami agar mampu menjalankan ijazah-ijazah dari panjenengan.



Yogyakarta, 08 Maret 2018.
Faroha  




Tulisan tangan almaghfurlah Pak Yai Abdul Hafidz