Rumput Liar

Kamis, 05 Januari 2017

Bermusik Meski Tak Bercahaya






Membaca, menulis, bermain, bersepeda adalah hal yang biasa dilakukan Tris Munandar. Nandar, sapaan akrabnya, adalah sosok pendiam. Nandar kecil sangat hiperaktif. Sayangnya, menginjak usia 10 tahun fungsi kedua bola matanya semakin menurun. Ia mengalami kesulitan belajar karena tak lagi dapat membaca dan menulis dengan baik.

Penurunan yang dialami oleh kedua matanya, menurut dokter, bukan disebabkan penyakit, virus maupun kerusakan. Melainkan karena kelainan yang dibawanya sejak lahir. Dokter juga mengatakan bahwa ada syaraf penglihatan Nandar yang kurang lengkap.  Karena itu semakin dewasa, fungsi penglihatannya semakin menurun. Penurunan yang berangsur itulah yang membuat Nandar tidak mengalami drop secara psikologis ataupun trauma dengan perubahan pada dirinya. Lingkungan sekitarnya pun tidak mengalami penolakan terhadap perubahan tersebut. Saat ini Nandar masih dapat menangkap cahaya yang terang dan dapat melihat bentuk. Ia masih memiliki sedikit sisa penglihatan. “Perubahannya nggak terasa banget. Baru sadar ada perbedaan itu setelah dibandingkan dari tahun ke tahun.” kisah Nandar.

Karena penurunan fungsi penglihatannya itu, Nandar yang tinggal di Purworejo harus pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikandasarnya di SLB Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis). Ketika itu Nandar duduk di kelas 3 SD, sayangnya karena alasan belum bisa menulis dengan huruf braille, membuatnya harus kembali duduk di kelas 1 SLB Yaketunis. Dari sinilah awal Nandar mengukir huruf Braille.

Ia berpendapat bahwa huruf braille adalah identik dan identitas tunanetra. Sayangnya, teknologi canggih saat ini membuat tunanetra tak lagi menyentuh huruf braille. Mereka terbiasa menggunakan Job Access Work System (JAWS) atau biasa dikenal sebagai pembaca layar. Menurut Nandar, Braille adalah simbol kemandirian yang harus dilestarikan oleh tunanetra. Meskipun telah ada teknologi yang semakin mudah dan aksesibel bagi tunanetra, tapi braille harus juga dikuasai. “Melalui Braille membuktikan  bahwa tunanetra juga dapat menulis dan membaca seperti orang pada umumnya,”tegasnya.

Menari diatas tuts keyboard

Di Yaketunis ini Nandar juga belajar berbagai alat musik band yang tersedia di asrama Yaketunis. Tidak ada guru yang mengajar. Hanya memulai dari mendengar dari teman-teman yang lebih mahir. Kemudian jari-jari Nandar berkenalan dengan tuts keyboard, memetik gitar, dan mencoba alat musik lainnya seperti drumb dan bass. Pada dasarnya, Nandar menyukai semua alat musik. Hanya saja ia sering diposisikan bermain keyboard yang akhirnya membawa pada bidang keahlian. Nandar tidak mengenal teori ataupun fingering dalam bermain keyboard. “awalnya ya menghafal posisi tuts, tapi lama-lama hafal dan otomatis saat bermain,”kata Nandar.

Ketika duduk di bangku SMA, Nandar sempat membuat video clip bersama teman-temannya yang tergabung dalam grup band bernama Kenyocho. Di Yaketunis, Nandar bersama Anang dan Panca, yang juga tunnetra mendapat kesempatan untuk membuat rekaman video berjudul “Ayah”. Kedua Video tersebut sudah beredar di Youtube dan dapat dinikmati oleh citizen.

Meskipun banyak orang yang mengakui kemahiran jemarinya, Nandar yang tak pernah mengeyam pendidikan musik, merasa apa yang dilakukannya masih sekedar hobi saja dan belum menginjak pada taraf profesional. Kendati demikian, Nandar masih sering tampil dari panggung ke panggung untuk melengkapi posisi keyboard. Tawaran untuk mengsisi posisi keyboard pun sampai di dapur rekaman. “Kalau tawaran itu hanya minta mengisi di posisi keyboard aja. Bagiku itu ya sekedar membantu,”kata Nandar.

Tahun 2013 Nandar berhasil menyelesaikan jenjang SMAnya dengan nilai tertinggi di sekolahnya, MAN Maguwoharjo. Selanjutnya Ia berusaha mendaftar di beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Sayangnya, nasib baik belum berpihak pada Nandar. Ia terpaksa harus menyimpan keinginannya untuk kuliah lantaran belum lolos seleksi. “Rasanya frustasi waktu itu. Aku memilih pulang ke Purworejo” ungkapnya

Barulah pada tahun 2014, Nandar melanjutkan jenjang pendidikannya dengan mengambil jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI) yang merupakan salah satu jurusan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Nergeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di sinilah Nandar merasakan manis pahitnya menempuh pendidikan dengan dunia yang gelap.

Bagi Nandar, Pusat Layanan Difabel (PLD) sangat membantu sebagai support system bagi  mahasiswa difabel. Aksesibilitas, seperti Jaws, sudah tersedia. Baik di kantor PLD, Difabel Corner (DC) yang terletak di lantai 1 Perpustakaan dan akses lainnya. Meskipun demikian kendala yang dihadapi Nandar tetap ada. Ada beberapa mata kuliah yang memaksanya untuk membaca dalam waktu singkat. Seperti adanya kuis di kelasnya yang mewajibkan jawaban disertai dengan menyebutkan argumen beserta nomer halaman terkait jawaban yang disebutkan. Secara tidak langsung dapat diartikan Nandar harus menghafal  materi serta no halaman dalam buku tersebut. Untuk mengatasi hal itu, Nandar telah menyiapkan diri terlebih dahulu. “Biasanya aku tanya teman, materi ini di halaman berapa. Jadi aku bisa jawab dengan teori yang ada di buku,”ungkap Nandar.

Kampus UIN Sunan Kalijaga sebagai pelopor kampus inklusif memberikan peluang untuk difabel dapat melanjutkan pendidikan di jenjang perguruan tinggi. Tercatat 55 mahasiswa difabel yang masih aktif dalam proses belajar dengan disabilitas yang berbeda-beda. Penerimaan difabel di tengah masyarakat kampus tentu tergantung pada sikap difabel itu sendiri. Itulah yang disinggung oleh Nandar. Ia berpendapat bahwa difabel harus dituntut untuk lebih pro aktif dalam berbagai aspek kegiatan di kampus. Sehingga penerimaan tersebut berdampak pada kegiatan-kegiatan yang mendukung difabel. “Saya harap kampus UIN menjadi contoh dalam penerimaan mahasiswa difabel. Tak perlu ada kuota khusus, tapi lebih selektif dalam melihat difabel yang dapat survive dan dapat mendorong keinklusifitas itu sendiri. Bukan hanya peran dari PLD dan difabel hanya menikmati,” tandasnya. (faroha)





Nandar dalam lagu ayah
https://www.youtube.com/watch?v=AAbDU6uCgaU





Nandar dalam Kenyocho Band
https://www.youtube.com/watch?v=QpdMNrgRJFo&feature=youtu.be