Rumput Liar

Minggu, 01 Mei 2016

Memaknai hari pendidikan nasional sebagai suatu moment intropeksi bangsa dan para pendidik dalam melihat problema sosial. Pedidikan dan problema sosial tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi. Pendidikan yang diharapkan dapat menjadi kunci dalam menangani berbagai masalah sosial. Sudahkah pendidikan di Indonesia dapat menjawab problema sosial? Belum lagi jika kita tengok hak pendidikan bagi anak-anak bangsa. Bagaimana pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK)  atau pendidikan bagi mereka para difabel (different able)? Sudahkan menjadi pendidikan inklusi?
Berbicara mengenai pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan peran seorang guru. Selama 15 tahun menjadi  seorang peserta didik dengan 2 tahun terakhir menjadi seorang pendidik, memberikan warna-warni karakter sang pendidik serta memahami jasa mereka. Teringat pada guru-guruku di tanah kelahiranku. Kemudian sekarang dalam bimbingan seorang Abah yang tak pernah lelah mendidikku dan teman-teman seperjuanganku di tanah perantauan ini. Hanya kiriman Fatikhah yang dapat ku lakukam untuk membingkai rasa syukurku atas ilmu yang telah diberikan. Semoga Allah menempatkan mereka di tempat yang terbaik di akhirat kelak. Aamiin

Tulisan ini tidak berfokus pada apapun, hanya mengeluarkan isi pikiran setelah membaca tulisan seorang dosen panutanku, mengenai pendidikan inklusi dan membaca tulisan kawan seperjuanganku di Bandung.

Tulisan ini hanya perenungan saja.
Memaknai hari pendidikan nasional sebagai suatu moment intropeksi bangsa dan para pendidik dalam melihat problema sosial. Pedidikan dan problema sosial tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi. Pendidikan yang diharapkan dapat menjadi kunci dalam menangani berbagai masalah sosial. Sudahkah pendidikan di Indonesia dapat menjawab problema sosial? Belum lagi jika kita tengok hak pendidikan bagi anak-anak bangsa. Bagaimana pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK)  atau pendidikan bagi mereka para difabel (different able)? Sudahkan menjadi pendidikan inklusi?
Berbicara mengenai pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan peran seorang guru. Selama 15 tahun menjadi  seorang peserta didik dengan 2 tahun terakhir menjadi seorang pendidik, memberikan warna-warni karakter sang pendidik serta memahami jasa mereka. Teringat pada guru-guruku di tanah kelahiranku. Kemudian sekarang dalam bimbingan seorang Abah yang tak pernah lelah mendidikku dan teman-teman seperjuanganku di tanah perantauan ini. Hanya kiriman Fatikhah yang dapat ku lakukam untuk membingkai rasa syukurku atas ilmu yang telah diberikan. Semoga Allah menempatkan mereka di tempat yang terbaik di akhirat kelak. Aamiin

Tulisan ini tidak berfokus pada apapun, hanya mengeluarkan isi pikiran setelah membaca tulisan seorang dosen panutanku, mengenai pendidikan inklusi dan membaca tulisan kawan seperjuanganku di Bandung.

Tulisan ini hanya perenungan saja.
Memaknai hari pendidikan nasional sebagai suatu moment intropeksi bangsa dan para pendidik dalam melihat problema sosial. Pedidikan dan problema sosial tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi. Pendidikan yang diharapkan dapat menjadi kunci dalam menangani berbagai masalah sosial. Sudahkah pendidikan di Indonesia dapat menjawab problema sosial? Belum lagi jika kita tengok hak pendidikan bagi anak-anak bangsa. Bagaimana pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK)  atau pendidikan bagi mereka para difabel (different able)? Sudahkan menjadi pendidikan inklusi?
Berbicara mengenai pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan peran seorang guru. Selama 15 tahun menjadi  seorang peserta didik dengan 2 tahun terakhir menjadi seorang pendidik, memberikan warna-warni karakter sang pendidik serta memahami jasa mereka. Teringat pada guru-guruku di tanah kelahiranku. Kemudian sekarang dalam bimbingan seorang Abah yang tak pernah lelah mendidikku dan teman-teman seperjuanganku di tanah perantauan ini. Hanya kiriman Fatikhah yang dapat ku lakukam untuk membingkai rasa syukurku atas ilmu yang telah diberikan. Semoga Allah menempatkan mereka di tempat yang terbaik di akhirat kelak. Aamiin

Tulisan ini tidak berfokus pada apapun, hanya mengeluarkan isi pikiran setelah membaca tulisan seorang dosen panutanku, mengenai pendidikan inklusi dan membaca tulisan kawan seperjuanganku di Bandung.

Tulisan ini hanya perenungan saja.