Terima kasih telah
mengantarkan diri pada pintu
Pintu taman beranjau
Tak memiliki cerobong
asap untuk membakar risau
Hanya pilihan menginjak
ranjau
Mataku buta karena
parau
Pun Tuli sebab kacau
Tapi ranjau tak
bertoleransi pada kerisauan
Ia hanya diam dan tetap
bergandengan tangan
Mengantarkan siapapun
pada tujuan
Tidak
Aku tak akan bertanya
lagi
Tentang mengapa harus
ada ranjau?
Sebab kau akan lebih
dulu mengajak mencicipi jenis ranjau yang berbeda
Saat kita melangkah
bersama,
Lalu ranjau biru, hitam
dan abu-abu itu berhasil ku lewati
Aku berhenti
Karena ini batasku.
Aku akan memulai dengan
arah yang berbeda.
Tidak
Aku tak akan bertanya
tentang melati dari setiap ranjau itu
Biarlah hanya untukmu
saja.
Cukup aku merasakan
ranjau biru, hitam dan abau-abu itu saja
Sungguh aku tak akan
bertanya lagi tentang namaku yang berjejer dengan namamu.
Sungguh tidak lagi.