Info resmi dari Al Munawwir |
Senin, 05 Maret 2018
Sore itu, bumi
menangis. Kabar duka dari kerabat di Krapyak menyebar begitu cepat di media
sosial. Kami saling bertanya, benarkah kabar duka itu? Sedang belum ada kabar
resmi dari Pondok Al Munawwir. Pukul
17.00 hari itu aku mendapat kabar dari teman komplek Q, kabar itu benar.
Aku yang saat itu dalam
kondisi sakit, batinku benar-benar lemas. Romo Kyai Abdul Hafidz AQM benar-benar
sampun kapundut. Aku menangis. Terakhir kali aku mendengar kabar beliau masih
dirawat di rumah sakit Sardjito.
Selasa, 06 Maret 2018
Ba’da shubuh, Abah dan
Umi di pondokku memberi penghormatan terkahir kepada Pak Yai Hafidz dengan
mensholati beliau di Aula G. Aku ingin turut serta tapi kondisiku benar-benar
lemah. Aku berniat untuk ikut ke pemakaman beliau siang nanti.
Sekitar pukul 13.20 aku
bersiap-siap berangkat ke Krapyak. Masih sedikit pening di kepala. Tapi aku
ingin hadir. Seperti keinginanku saat berada di rumah sakit Sardjito untuk
menjenguk beliau. Tapi tak terlaksana dan menyisakan penyesalan semata. Kali
ini saja aku ingin benar-benar memberi penghormatan kepada beliau, Pak Yai yang
baru ku kenal beberapa waktu belakangan ini.
Siang itu cuaca begitu
panas. Anehnya sampai di lingkungan Krapyak, langit disana mendung gelap
gulita. Aku bersama temanku dari komplek Q menuju Huffad , mengikuti acara doa
bersama sebagai penghormatan terakhir pada beliau. Lalu hujan turun amat deras.
Batinku menangis begitu juga bumi dan langit ini. Aku mengikuti doa bersama dan
tak bergeming di posisi pinggiran rumah tak jauh dari Huffad. Sedih karena tak
bisa melihat Pak Yai di pesareannya. Semoga suatu saat bisa menziarahinnya.
Sugeng tindak Pak Yai
Hafidz,
Doakan kami agar mampu
menjalankan ijazah-ijazah dari panjenengan.
Yogyakarta, 08 Maret
2018.
Faroha
Tulisan tangan almaghfurlah Pak Yai Abdul Hafidz |