Kesempatan langka bisa foto kayak gini, haha |
Ya Allah ya mannanu ya
kariim
Ya Allah ya rohmmanu ya
rokhim
Ya Allah ya fattakhu ya
khalim
Ya Allah ya rohmanu ya
rokhim
Ya Allah dzakirna mimma
nasina
Ya Allah ‘allimna ma
jahilna
Dunyaa majnuunun wa nas
malnguunun
Hunaka jahilun hunna
majhulun
Innaka syafiuna min
khoufi ‘adzabillah
wa anta roja’unaa
lidhaf’i jaamiil balwaa
Ya tohaa khabibunaa fi
aydika nasibuna
Anta yasin nasibuna
tusallimu khayatana
Butira air langit menyerbu bumi Yogyakarta sejak sore. Posisiku di
kampus hendak ke Amplaz bertemu denga teman dari Jakarta. Baru setelah maghrib
pamit, shalat maghrib dan otw Pandes. Jangan bertanya soal macet. Jalan solo
beserta hingga area kota selalu padat dengan kendaraan apalagi ditambah jam
pulang beserta dibumbui hujan. Wah nikmat suasana malam jogja kali ini bisa ku
teguk mesra. Entah jadi maiyahan atau tidak yang jelas aku tetap bertandang ke
tempat Mbak Tari.
Beruntungnya, saat menginjak jam maiyahan hujan
tidak terlalu deras. Mungkin memahami niat baik kami yang hendak mengadu dan nyuwun ilmu kepada sang empunya jagat
raya ini. Sampai di majlis, kami mendengar suara simbah guru, kami kaget.
“Wah wis munggah to,” kami saling melempar tanya.
Padahal jam 20.00 belum genap melingkar di jam tanganku.
Pertanyaan kami terjawab saat sampai di dalam
majliis area panggung. Belum ada siapapun di atas panggung. Suara itu hanya
rekaman. Kami lungguh di samping kanan kamera. Selang beberapa saat salah satu
pegiat maiyah munggah dan memimpin
membacakan surat Yusuf.
Suasana semakin ramai. Pelungguhan kami memang
basah, merembas dari bawah, barangkali itu sisa – sisa hujan sore tadi. Usai
ngaji, panggung diisi oleh band indie membawakan beberapa lagu. Baru setelah
itu kiai kanjeng mengambil alih. Membuka acara dengan mengajak bershalawat.
Kami berdiri. Beberapa lampu dimatikan. Intro lagu itu membisikiku tentang lagu
tersebut. “Embaaak, aku suka. Suka banget. Ini favoritku, sohibul baiti,”
bisikku tapi lumayan keras dengan nada riang.
Ya lagu shohibul baiti selalu membawa kesyahduan
tersendiri. Aku menutup mata. Menelanjangi diri dari urusan dunia untuk menyatu
dengan sang empunya diri. Sangat syahdu. Selesai dengan itu kami lungguh dan
mulai belajar dzikiran. Teks lengkapnya sudah ku tulis di awal tulisan ini.
Pada dasarnya aku tak pernah percaya dengan
kebetulan. Tapi sungguh dzikir di awal ini adalah salah satu yang ku cari. Aku
pernah mendengarnya dari Kiai Budi Harjono Semarang di video. Alhamdulillah pas
sekali. Cukup lama jamaah maiyah diajak
dzikir dan menghafal isi dzikir tersebut. Baru sekitar jam setengah 12an, mbah
Nun munggah bersama tamu dan beberpa
sesepuh maiyah. “Saya mau tanya dulu, gimana posisi tempat dudukmu? Aman?,”
mbah Nun bertanya.
Sebagian jamaah menjawab aman sebagian lainnya
menjawab banjir. Mbah Nun ngendiko tentang
kesempurnaan. Bahwa manusia memili kesempurnaannya masing – masing. Contoh
angka 5, kesempurnaan angka 5 ya 5. Buka 4 atau 6. “Maka hidup itu memang harus
sempurna. Sempurnanya setiap orang berbeda – beda. Pass dengan presisinya
sendri. Disinilah letak gunanya ilmu. Ilmu adalah alat untuk mencari passnya
yang diinginkan Allah,” terang mbah Nun.
Kemudian disusul dengan berbagai nasehat dan butiran
– butiran hikmah mengenai berbagai persoalan. Otakku ini barangkali memang
bebal sehingga hanya beberapa hal yang nyresep
ning ati. Tapi ini saja sudah alhamdulillah dapat ku pahami. hehe
Malam ini selain ada Kyai Muzammil, ada juga tamu,
seorang peneliti. Lupa engga tak tulis namanya. Duh. Beliau meneliti tentang
sejarah dan kekayaan bumi yang menurut asumsinya ada banyak hal yang
disembunyikan sejarah. Setiap yang angker pasti ada sesuatu yang disembunyikan di
dalamnya. Menariknya kyai Muzammil mengaitkan hal ini dengan apa yang
dialaminya. Beliau bertemu dengan guru cak Nun, Umbu Landu Paringgi. Umbu
menyampaikan rencananya untuk mempertemukan cak Nun dengan salah satu ahli yang
mengetahui tentang kekayaan Indonesia pada 27 mei mendatang. Namun belum juga
dipertemukan orang tersebut sudah meninggal. “Allah memberikan kunci rahasia
kekayaan bumi kepada Rasulullah. Tapi kanjeng nabi tidak memberi tahu kunci –
kunci tersebut. Karena khawatir akan terjadi perpecahan hanya karena harta.
Jangan – jangan Allah memanggil orang yang mengetahui rahasia ini karena alasan hal ini pula”
ungkap kyai Muzammil.
Di tengah
acara, gerimis mulai menyapa kembali. Kenapa kau menghindar dari rintik
– rintik hujan, seadngkan Allah memberikan rizki di setiap butirnya. “Dadi nek udan ojo do lungo. Tetep
lungguh di tempat,” ucap mbah Nun sambil dibarengi tawa.
Tamu yang lain adalah Pak Eko, seorang dokter.
Beliau menangani kanker dan sedang mencoba pengetahun mengenai pengobatan
berbasis individu. Intinya adalah setiap orang dapat kembali sehat dengan
penyembuhan yang berbeda – beda. Walaupum gejala yang diderita sama. Selain itu
juga dibahas mengenai makna puasa dalam surat Al-Baqarah ayat 183. Puasa tidak
hanya menahan makan dan minum tapi juga menahan dari makanan atau dzat yang
membahayakan tubuh. “Dari sinilah terlihat puasa dapat menyembuhkan berbagai
penyakit karena berpuasa dari dzat yang merusak. Karena itu di dalam Al Qur’an
menyuruh kita berpuasa agar kita sehat.
Ada banyak hal yang disampaikan mbah Nun dan para
pemantik lainnya. Hingga sampai pada sesi tanya jawab. Ada yang bertanya
tentang kesurupan dari segi kedokteran. Hal ini memancing kru kiai kanjeng
bercerita tentang pengalaman mereka seputar kesurupan. Ada juga orang asal
Cirebon yang curhat terlebih dahulu dan meminta saran untuk perjalanan hidupnya
kedepan. Ada pula yang bertanya ihwal mimpinya bertemu cak Nun. Ah diskusi
makin gayeng saja. Aku suasana
terkadang sunyi mendengar pemaparan atau kadang terbahak karena statmen dan celetukan dari berbagai pihak yang ada di majlis maiyah.
Sudah ya, capek juga nulis tentang malem pitulasan. Lain kali akan ku selipkan notes di hapeku agar lebih banyak poin –
poin penting yang dapat meresap juga di hati dan dapat terimplementasi dikehidupan
kita. Aamiin. Sekali lagi ilmu iku
kelakone kanti laku.
Saptosari, 19 November 2017.
Dapat tempat duduk di tengah. Alhamdulillah.. |